Al Muhaafazhatu 'ala al Qadiimi as shaalih wa al akhdzu 'alal Jadiid al-ashlah - Melestarikan Tradisi dan Mengadopsi Modernitas...

Home ] Up ] Menu Hari ini ] Tentang Kami ] Saran ] Search ] Dewan Asatiz ]

Agama
 

News
Artikel
Cerpen
Kisah Teladan

 

ARTIKEL

bullet

Indahnya Berprasangka Baik

bullet Persepsi Kaum Santri tentang Filsafat dan Sains
bullet Falsafah Puasa
bullet Dari Ushul Fiqh ke Maqashid Syariah
bullet Dari Pondok Menggapai Mars

 

CERPEN

bullet

Empat Puluh Lima Menit

bullet Sang Jagoan
bullet Pria Idaman
bullet Untuk Bekas Kekasihku

 

[Product Image] 
 

INDAHNYA BERPRASANGKA BAIK

Dua laki-laki bersaudara bekerja di sebuah pabrik kecap dan sama-sama
belajar agama Islam untuk sama-sama mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin. Mereka berjalan kaki mengaji ke rumah gurunya yang jaraknya sekitar 10 KM dari rumah peninggalan orangtua mereka.  

Suatu ketika sang kakak berdo'a memohon rezeki untuk membeli sebuah Mobil supaya dapat dipergunakan untuk sarana angkutan dia dan adiknya bila pergi mengaji. Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sebuah mobil dapat dia miliki dikarenakan mendapatkan bonus dari perusahaan tempatnya bekerja.  Lalu sang kakak berdo'a memohon seorang istri yang sempurna, dan ternyata Allah pun mengabulkannya, karena tak lama kemudian sang kakak bersanding dengan seorang gadis yang cantik serta baik perangai.  Kemudian berturut-turut sang Kakak berdo'a memohon kepada Allah akan sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain dengan iktikad supaya bisa lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah swt. Dan Allah  selalu mengabulkan semua do'anya itu. 

Sementara itu sang Adik tidak ada perubahan sama sekali: hidupnya tetap sederhana, tinggal di rumah peninggalan orang tuanya yang dulu dia tempati bersama dengan Kakaknya. Namun karena kakaknya seringkali sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti pengajian, dan sang adik sering kali harus berjalan kaki untuk mengaji ke rumah guru mereka. 

Suatu saat sang Kakak merenung, membandingkan diri antara perjalanan hidupnya dengan perjalanan hidup sang adik. Ia teringat adiknya selalu membaca selembar kertas apabila dia berdo'a yang menandakan adiknya tidak pernah hafal bacaan untuk berdo'a. Lalu ia hampiri adiknya itu untuk menasihati adiknya supaya selalu berdo'a kepada Allah dan berupaya untuk membersihkan hatinya, karena dia merasa adiknya masih berhati kotor sehingga do'a-do'anya tidak dikabulkan Allah azza wa jalla.  Sang adik terenyuh dan merasa sangat bersyukur mempunyai kakak yang begitu menyayanginya. Dia ucapkan terima kasih kepada sang kakak atas nasihatnya itu. 

Suatu ketika adiknya meninggal dunia, sang kakak merasa sedih karena sampai meninggalnya adiknya itu tidak ada perubahan pada nasibnya sehingga dia merasa yakin kalau adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor hatinya sehubungan do'anya tak pernah terkabul. Sang kakak membereskan rumah peninggalan orang tuanya sesuai dengan amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid. Tiba-tiba matanya tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa dipakai oleh adiknya yang berisi tulisan do'a, diantaranya Al-Fatihah, Shalawat, do'a untuk guru mereka, dan do'a selamat. Di akhir kalimat dalam doa tersebut berbunyi: "Yaa, Allah. Tiada sesuatupun yang luput dari pengetahuan Mu,  Ampunilah aku dan kakak ku, kabulkanlah segala do'a kakak ku, bersihkanlah hati ku dan berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku didunia dan akhirat".

Sang Kakak berlinang air mata dan haru biru memenuhi dadanya, tak dinyana ternyata adiknya tak pernah satukalipun berdo'a untuk memenuhi nafsu duniawinya. []

 

 

 

 

 

 

 

 

KISAH TELADAN

bullet

Kisah Lima Perkara Ajaib

bullet Berkat Membaca Bismillah
bullet Kisah Bumi dan Langit
bullet Kelebihan Puasa pada 10 Muharram
bullet Batu-batu Aneh
bullet Seorang Anak Membangkang Perintah Ayah
bullet Hikmah Berbakti Kepada Kedua Ibu Bapak

 

Sepenggal kalimat tentang MALNU, klik di sini

 

Home ] Up ]

Send mail to religiusta@softhome.net with questions or comments about this web site.
Copyright © 2004 Mathlaul Anwar Li Nahdlatil Ulama