|
|
Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh MALNUKependekan dari "Mathlaul Anwar Li Nahdlatil Ulama", sebuah lembaga pendidikan yang didirikan di Menes, pada tahun 1916 M. MALNU mempunyai beberapa cabang utama, yaitu: 1. Pondok Pesantren Al-Mu'awanah, di Jl. Alun-alun Timur Menes 2. Pondok Pesantren Tahfizhul Quran, di Kebon Jeruk, Menes 3. Pondok Pesantren Fathul Ma'ani, di Kananga. Nama awal MATHLA’UL ANWAR, didirikan pada tahun 1916 miladiyah, bertindak selaku sesepuh Utamanya yaitu KH. Tb. Sholeh Kananga dan KH. Arsyad Tegal, kedua Ulama ini anak didiknya Syekh Nawawi Al-Bantani. Adapun secara formal pendiri MATHLA’UL ANWAR pada tahun 1916 ini adalah KH. Abdurrahman bin Jamal Menes, dan KH. Entol Muhammad Yasin Kadu Hauk Menes, yang masing-masing mempunyai sebutan dalam Anggaran Dasar dan Rumah Tangganya, yaitu: KH. Abdurrahman bin Jamal selaku Inspektur Jendral. Adapun KH. E. Muhammad Yasin sebagai Presiden Mathla’ul Anwar pada tahun 1926. Sepuluh tahun setelah Mathla’ul Anwar berjalan dengan baik maka nama Matla’ul Anwar disempurnakan menjadi Mathla’ul Anwar Linahdlatil Ulama (MALNU). Awal sejarah berdirinya sebagai berikut: Hadlrotus Syekh KH. Hasyim Asy’ari Tebuireng Jawa Timur, murid setia "Al-'Allamah" Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani mengundang para ulama di Indonesia, khususnya para ulama Alumni Syekh Nawawi Al-bantani. Pada saat itu dari Banten hadir antara lain KH. Mas Abdurrahman bin Jamal, yang kebetulan pada saat itu beliau menduduki Lembaga Pendidikan Islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Mathla’ul Anwar. Undangan Hadlrotus Syekh KH. Hasyim Asy’ari mendapat respon, sehingga yang hadir representatif wabil khusus hampir semua alumni Syekh Muhammad Nawawi hadir, sebab acara intinya memusyawarahkan: bagaimana menyelamatkan kitab-Kitab Salafi khususnya, dan kitab-kitab Ahlus Sunnah wal jama’ah (ASWAJA) pada umumnya. Hasil pertemuan itu mendapat keputusan diantaranya sebagai berikut: Pertama, Membentuk dan mendirikan jam’iah Nahdlatul Ulama (NU). Kedua, Konsensus dalam musyawarah itu, berupa anjuran antara lain: bagi setiap Kiyai yang punya Lembaga Pendidikan menambah nama Lembaganya dengan LINAHDLATIL ULAMA, seperti: "Jauharatun Naqiah" Cibeber berbintang 9 dan "Linahdlatil Ulama", demikian pula "Mathlaul Anwar" di menes dibawah Inspektur Jendral KH. Mas Abdurrahman dan presiden MA menjadi MATHLAUL ANWAR LINADHLATIL ULAMA, resmi pada tahun 1926 Miladiyah. Saking fanatiknya KH. Mas Abdurrahman bin jamal walimatut-tasmiyah putra-putrinya juga men-tafa’ulkan namanya kepada jam’iah NU, seperti: 1. Yang putra diberi nama Muhammad Nahidl Abdurahman 2. Yang putri (dari isteri ketiga) diberi nama Nadhliyyah. MUSIBAH TAHUN 1952 MSemua organisasi Muslimin di Indonesia pada umumnya bergabung partai MASYUMI termasuk dalam hal Jam’iyah Nahdlatul Ulama, sedang antara NU dan MALNU menyatu, tak bisa dipisahkan, setiap ia NU pasti ia MALNU, dan sebaliknya. Masyarakat Banten khususnya, Bogor, Karawang, Lampung dan Palembang hasil missionaris Mathlaul Anwar Linahdlatul Ulama selama 26 tahun (1926-1952) dengan tentram, istiqomah, berjalan dengan baik sesuai dengan ASWAJA. Tegasnya tanpa melayani aktifitas organisasi lain, masyhurlah MALNU, di tempat-tempat yang disebut di atas. Sangat disayangkan karena putusan politik, pribadi-pribadi NU dan Malnu tidak bisa dipisahkan, maka karena jami’iyah NU Sebagai anggota MASYUMI merasa selalu dirugikan, maka pada tahun 1952, NU mengadakan Mu’tamar di Palembang. Keputusannya NU menarik diri menjadi anggota istimewa MASYUMI. Utusan pengurus NU Banten yang berangkat ke mu’tamar NU di palembang terdiri dari tiga orang yaitu: KH. Uwes Abu Bakar yang pada saat itu ketua umum Pengurus Besar (PB) MALNU dan KH. Ayip Muhammad Dzukhry, ketiganya KH. Amin Djasuta dari Serang. Pendirian ketiga utusan Banten ini tidak kompak, tegasnya: KH. Abu Bakar dan KH. Ayip Dzukhry ikut menyetujui dan menandatangani keputusan mu’tamar NU keluarga dari MASYUMI, sedangkan KH. Amin Djasuta tidak setuju. Inilah yang menjadi permulaan lembaga pendidikan di Menes khususnya tafaruq (terpecah). Kesimpulanya: 99% Ulama sepuh Menes dan diimami oleh Al-Mukarom KH. Abdul Latif Menes mempertahankan MALNU. Sebahagian pemuda bersama KH. Abu Bakar yang waktu di Palembang acc. NU keluar dari MASYUMI, akhirnya ikut bersama pemuda mempertahankan MASYUMI dan sekaligus merubah keputusan konsensus yang dipelopori pendiri Mathlaul Anwar menjadi Mathlaul Anwar Linadhlatil Ulama, yaitu keputusan KH. E. Yasin presiden awal MA, dan KH. Mas Abdurrahman bin jamal Inspektur Jendral MA. LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM “ASWAJA”Sponsor utama, aktifis yang paripurna, pengarang kitab salafi yang lengkap, pengajar yang sangat ikhlas, beliau adalah Al-Allamah Syekh Nawawi Al-Bantani yang lahir di kampung Tanara Kabupaten Serang, Provinsi Banten 196 tahun yang lalu, alumninya tersebar di seluruh ASEAN (Indonesia, Singapura, Malaysia, Pattani Thailand, Morro Philipina), insya Allah kitab-kitab karangannya (115 judul kitab) ada di Universitas Al-Azhar Mesir, di Negeri Belanda dan di tempat-tempat lainnya. Bukan hanya itu, karya-karya besar Syekh Nawawi juga ada di Perguruan Tinggi Chichago. Bukan saja beliau Syekh Nawawi Al-Bantani sebagai pendidik yang tekun dan ikhlas. Bukan hanya itu, beliau juga seorang pejuang yang non-cooperatif kepada penjajah (imperialis Belanda 350 tahun di negara tercinta kita, Indonesia). Pertama, pemberontakan baik yang dipelopori oleh Kiayi Wasid dengan geger Cilegonnya, dan ditempat yang lain termasuk tahun 1926 di Menes. Kedua, ma’had akbar dan masyhur Tebuireng, dibawah pemrakarsa Khadlrotus-Syekh KH. Hasyim Asy’ari ada kaitannya. Ketiga, Jauharotun Naqiyah di Cibeber, Al-Khairiah di Citangkil, Nurul Falah di Petir dan Mathlaul Anwar Linahdlatil Ulama sendiri, semua bersumber dari Al-Allamah Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani. Mathla’ul Anwar (1916) disempurnakn menjadi Mathla’ul Anwar Linahdlatil Ulama (1926) hingga sekarang penerusnya tidak merubah inti kurikulumnya sekaligus dioplos dengan kurikulum Pemerintah, terutama Departemen Agama sebab MALNU konsekuen dengan prinsip dan pendiriannya baik dalam hal tarbiah (pendidikan) maupun dalam ‘amaliyah (praktek), berdasar kepada: 1. Al-Qur’an Nulqarim, Al-Hadist, Ijma dan Qiyas 2. Berpegang teguh kepada: Mazhab Safi’i, Maliki, Hanafi, Hambali. Pertimbangan utamanya ialah: Islam adalah muttasil dengan ulama kita ke Syekh Nawawi Al-Bantani, ke ulama mujtahid (seperti disebut diatas), terus kepada para sahabat, dan akhirnya kepada Rasulullah SAW. Sekedar untuk menguatkan secara lahiriyah, kenapa kita memilih ASWAJA “Ahlus Sunnah Wal Jama’ah” yang terdiri dari Qur’an, Hadist, Ijma, Qiyas dan empat Mazhab? Terbukti Islam yang perjalanannya muttasil, ternyata dari nabi diwariskan kepada Shahabat, Khulafaaur-Rasyidin: Abu Bakar As-Shiddiq, Umar ibnu Khottob, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhum, dan secara beruntun Islam risalahnya dilaksanakan teratur dan tertib oleh ulama Madzhab, Mujtahid Mutlak, bersambung pelaksanaannya oleh para auliya, Ulama, Kiyai dan Asatidz, Mubhaligh dan para da’i. Secara nyata hanya di lingkungan ASWAJA-lah para ulama mujtahid dan para Auliya, dan ternyata para Auliya bukan saja waktu hidupnya dihormati dan minta petunjuk dan do’anya, sudah ratusan tahunpun Auliya meninggal, makamnya akan selalu diziarahi, dijadikan wasilah mohon kepada Allah demi keselamatan Fiddaarain. Ini tawasul baik kepada Wali songo, kepada Maulana Hasanuddin Banten, Maulana Manshur Cikaduen dan Syekh Sohib kadu pinang, Kiayi Agung Caringin termasuk buyut Syekh Daud Labuan, tertib dan yaqin kepada keputusan, ialah Ijab dan Qabul dari Allah ‘azza wa jalla. Taufiq dan hidayah Allah yang diberikan kepada Muslim, ia akan terhindar dari perbuatan maksiat, dengan rahmat dan ridlo Allah, si muslim akan beroleh SYAFA’AT RASUL, KAROMAH AULIYA dan MA’UNAH ‘ULAMA. Hendaknya diketahui bahwa KHAWARIQUL ADAT terbagi: (1) dimiliki oleh Nabi, (2) karomah dimiliki oleh Auliya, (3) Ma’unah diberikan Allah kepada ‘Ulama, dan (4) istidroj milik Syaithon la’natullah, sihir dan semacamnya sering terjadi (kenyataan dapat dibuktikan) semua kelebihan Syaithon untuk peningkatan ma’siat kepada Allah. Nauzubillah. VISI DAN MISI MATHLA’UL ANWAR LINAHDLATIL ULAMAVisi Mathla’ul Anwar Linahdlatil Ulama jelas dan tegas, ialah ASWAJA. Dinul islam ahlus sunnah wal jama’ah ‘ala madzahibil arba’ah, dengan pokok patokannya ialah: Al-Qur’an, Al-Hadist, Ijma dan Qiyas, dari sejak didekritkannya oleh baginda rasul: Taroktu fiikum amraini....... al- hadist. Lewat wahyu Allah kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, beliau dijaga oleh Allah lisannya, gerakan badaniahnya, perintah dan diamnya, adapun yang datang dari diri pribadi Baginda Rasul semuanya menjadi Dinul Islam dan Uswatun Hasanah. Lewat ‘ibadah, tegasnya tho’at dan taqwa kepada Allah dan Rasul, dan sekaligus melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar di rumah, di kampung, di negri sendiri atau di tetangga Negeri atau di manapun yang terjangkau, melakukan ajakan untuk melakukan diri sesuai dengan fitrah insani, ialah Dinullah. Itulah visi dan misi Islam. Mudah dalam teori, akan tetapi sukar dalam pelaksanaannya, lebih-lebih diperlukan ikhlas. AL-ISLAMU YA’LU WA LAA YU’LA ‘ALAIHTerlihat, dan ikut merasakan tinggi dan mulya Dinul Islam sekalipun di zaman penjajahan Belanda dan Jepang, pemimpin dan imam kita, tegasnya Ulama dan Kiyai non-coperation kepada imperialis Belanda. Apa sebab? Apa yang diperbuat? Karena: pertama, pemimpin dann kiyai kita berjuang dengan islami, tidak sekuler, dan tidak karena pangkat dan uang. Kedua, Perjuangan-jihad, mengajak ummat untuk taat dan taqwa kepada Allah dan Rasulnya, sekalipun belum ada keberanian waktu itu melaksanakan syari’at islam, di Menes khususnya bisa dibuktikan zaman penjajahan Belanda dan Jepang, Pesantren dan Madrasah lebih maju dibandingkan dengan Normal School dan Sianggako. Sekolah Belanda Mardyuna tidak ada satupun anak Muslim yang disekolahkan di sana. Bagaimana sekarang? Lihatlah sendiri. Apakah kita tidak malu menyaksikan itu semua? SYEKH SYAKIB ARSALANWalaupun sudah lebih dari 100 tahun makalah yang disampaikan oleh Al-magfuru lah Syekh Syakib Arsalan ternyata masih tetap aktual. Bahkan semakin lama, semakin panjang hitungan tahun ternyata semakin nampak benar. Pernyataan beliau adalah: Li-maadza ta'akhkhorol Muslimun, wa-limadza taqaddama Gairuhum? (Kenapa Umat Islam selalu lamban? Ta-akhor: bodoh, miskin, hina, hampir ada sekian juta manusia Indonesia yang menjadi TKW/TKI ke luar Negeri, dan jadi babu serta jongos Cina dan Nasrani di dalam Negeri? Kenapa umat non-Muslim justeru taqoddam (maju-berani, kaya dan cukup terhormat). Apabila hal tersebut terus berlangsung dan selalu dicekoki NARKOBA dan maksiyat, adz-dzunub al-kabair, seperti kebanyakan sekarang yang melakukannya berlangganan kepada klinik Aborsi. Seperti apa nanti Negara tercinta kita, NKRI ini? 100 tahun belum ada jawaban dari pemuda dan pelajar, wabil khusus Mahasiswa (i) kita, yang ternyata semakin lama semakin nampak benarnya pertanyaan plus pernyataan Syekh Syakib Arsalan diatas. Untuk itu melalui ini kami meminta agar anda-anda semua ini mempersiapkan jawaban, agar makalah di atas terjawab hingga 90% terbalik, yaitu Umat Islam yang “Taqoddam” golongan lain yang “ ta-akhor". Amin. Demikianlah, semoga Allah memberkahi, ilmu dan amal kita, amin.Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Information
|
KISAH TELADAN
Sepenggal kalimat tentang MALNU, klik di sini |
Send mail to
religiusta@softhome.net with
questions or comments about this web site.
|